Gelaran Liga Sepakbola Putri di Lhokseumawe Ditolak Ormas Islam

Jumat, 05 Juli 2019 11:04

<p style="text-align: justify; "><span style="font-weight: bold;">LHOKSEUMAWE</span> – Forum Komunikasi Organisasi Masyarakat dan Organisasi Kepemudaan Pengawal Syariat Islam Kota Lhokseumawe mengecam penyelenggaraan sepakbola putri Liga Kemenpora beberapa waktu lalu di Lhokseumawe. Mereka menilai kegiatan itu telah bertentangan dengan syariat Islam dan kearifan lokal masyarakat Aceh.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Kegiatan tersebut telah berlangsung di Stadion PT PAG Lhokseumawe. Kegiatan yang bertajuk dalam gelaran Liga Kemenpora dilakukan secara berjenjang dan untuk Aceh digelar oleh Badan Liga Sepakbola Pelajar Indonesia (BLiSPI) Aceh. Mereka kemudian melakukan sejumlah pertandingan. Tim yang jadi juara akan dikirim ke tingkat nasional pada akhir Juli hingga September mendatang.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Kami menolak segala bentuk kegiatan yang bertentangan dengan syariat Islam dan kearifan lokal masyarakat Aceh. Kami menuntut pemerintah Aceh dan Badan Liga Sepakbola Pelajar Indonesia (BLiSPI) untuk membatalkan seleksi dan pengiriman delegasi tim sepakbola U-17 putri Aceh ke tingkat nasional," kata Koordinator Forum Komunikasi Ormas dan OKP Pengawal Syariat Islam Lhokseumawe, Tgk Sulaiman Lhokweng, kepada para wartawan, Kamis (4/7/2019).
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Menurutnya, seleksi dan pengiriman delegasi tim sepakbola U-17 putri ke tingkat nasional bertentangan dengan marwah masyarakat Aceh. Untuk itu, pihak Stadion PT Perta Arun Gas agar lebih selektif dalam memberikan izin tempat, terlebih kegiatan bertentangan dengan syariat Islam.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Kita menuntut permintaan maaf dari BLiSPI kepada seluruh umat Islam Kota Lhokseumawe dan Aceh secara umum. Karena telah melukai perasaan dan kearifan lokal masyarakat Aceh dengan mengeksploitasi perempuan Aceh di bidang sepakbola," sebut Sulaiman.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Gubernur Aceh, menurut dia, seharusnya melihat kegiatan yang dilakukan oleh pihak terkait agar jangan asal ada kegiatan saja. Artinya, kegiatan itu harus ada nilai positif dan juga menjamin bagaimana berlangsungnya syariat Islam di Aceh.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Sementara itu, Koordinator BLiSPI Aceh Ishaq Rizal mengatakan pihaknya sangat menghargai perbedaan pendapat. Menurutnya, itulah demokrasi dan dinamika dalam suatu organisasi.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Kami atas nama Panitia Penyelenggara Seleksi Pemain Sepakbola Putri U-17 tingkat Provinsi Aceh, memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Aceh jika penyelenggaraan kegiatan seleksi pemain tersebut ada bertentangan dengan nilai-nilai Syariat Islam," kata Ishaq Rizal, Jumat (5/7/2019).</p><p style="text-align: justify; ">Ishaq menyebutkan kegiatan itu bertujuan menjadi wadah penyaluran bakat dan kemampuan para generasi muda, khususnya dalam cabang sepakbola, sehingga mereka terarah, juga menjaga nilai-nilai Syariat Islam dan kekhasan budaya Aceh, daripada menyalurkan bakatnya secara tidak terkendali. Pentingnya lagi untuk membina generasi muda agar tidak terjerumus yang dilarang agama.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Menurut Ishaq, cabang olahraga sepakbola serumpun dengan cabang olahraga voli, basket dan tenis dan cabor lainnya yang diikuti oleh para wanita. Selain itu, para pemain sepakbola putri tersebut menggunakan pakaian muslimah. Jika ada salah seorang pemain yang berpakaian kurang muslimah, hal itu karena yang bersangkutan bukan muslim.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Kami tidak ada niat sedikit pun untuk mencederai penerapan syariat Islam di Provinsi Aceh. Untuk itu, sekali lagi jika kegiatan ini kurang cocok dilaksanakan di Aceh, kami juga berharap kita semua bersikap adil terhadap cabang olahraga lainnya yang digeluti oleh wanita di Aceh. Untuk diketahui, tim sepakbola putri Aceh ini penampilannya pasti secara Islami (pakaian muslimah) dan keinginan kami bisa menjadi contoh yang baik bagi wanita Indonesia lainnya dengan penampilan tim putri Aceh tersebut," sebut Ishaq.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Pihaknya juga meluruskan pelaksanaan seleksi pemain khusus U-17 putri hanya dilaksanakan tanggal 30 Juni 2019 dan berlangsung sekitar 3 jam saja. Tentunya, jika hasil penelaahan bersama terhadap kegiatan U-17 putri ini bertentangan dengan norma, adat istiadat, dan syariat Islam, untuk pelaksanaan berikutnya akan ditinjau kembali.&nbsp;</p>